Makalah Dasar Perikanan
Tangkap
ANALISIS ALAT
TANGKAP PANCING TONDA
(Trolling
Line)
Oleh :
Maher Untung Siahaan
180302062
MSP-B
![]() |
DASAR PERIKANAN
TANGKAP
PROGRAM STUDI
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada
Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmatNya kepada penulis sehingga
makalah ini dapat selesai dengan baik.
Makalah ini merupakan tugas mata kuliah Dasar Perikanan Tangkap yang harus dipenuhi yang berjudul “Analisis Alat Tangkap Pancing Tonda (Trolling Line)”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
dosen Dasar PerikananTangkap yaitu Ibu Astrid Fauzia Dewinta, S.St.Pi., M.Si, Amanatul
Fadhilah, S.Pi, M.Si, dan bapak Zulham Apandy Harahap, S.Kel., M.Si. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang ikut serta dalam membimbing
menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan baik dari segi isi maupun segi penulisan. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kebaikan makalah ini sehingga
memberikan manfaat terhadap semua pihak.
Medan, Juni 2019
Penulis
|
DAFTAR
ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................... ........... i
DAFTAR ISI .......................................................................................... ........... ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ....................................................................................... 1
Tujuan Penulisan..................................................................................... 3
Manfaat
Penulisan ................................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA
Pancing Tonda ....................................................................................... 4
Pengoperasian
Alat Tangkap Pancing Tonda..................................... 6
Kontruksi Alat
Tangkap Pancing Tonda............................................ ... 8
Umpan................................................................................................ 10
Alat bantu
Penangkapan Pancing Tonda............................................ 12
Hasil Tangkapan................................................................................. 15
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ............................................................................................ 17
Saran .................................................................................................. ... 17
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
|
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Perairan Indonesia
memiliki luas wilayah lautan dua per tiga dari seluruh wilayah negara
Indonesia. Secara terinci, negara kepulauan Indonesia mempunyai luas teritorial
darat dan laut sebesar 5.193.250 km2 dengan luas daratan sebesar
2.072.087 km2 dan luas laut sebesar 3.166.163 km2.
Keseluruhan wilayah tersebut terdiri dari lebih kurang 17.508 pulau besar dan
kecil dengan garis pantai sepanjang 81.290 km. dengan ditetapkannya Zona Ekonomi Eklusif Indonesia (ZEEI),
maka luas lautan yang dapat dikelola dan dimanfaatkan adalah lebih kurang 5.800.000
km2 (Parmen et al., 2014).
Indonesia memiliki 11
(sebelas) Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP). Wilayah pengelolaan tersebut
didalamnya terdapat berbagai potensi sumber daya kelautan dan perikanan.
Potensi sumber daya kelautan adan perikanan meliputi potensi perikanan tangkap,
perikanan pesisir, budidaya laut, transportasi, pariwisata dan lain-lain yang
diharapkan mampu menjawab kebutuhan ekonomi masyarakat Indonesia. Potensi
perikanan tangkap Indonesia sanngat berperan dalam perkembangan ekonomi
Indonesia. Keberadaan perikanan tangkap disuatu daerah akan memberikan
kontribusi terhadap pengembangan daerah tersebut. Kegiatan perikanan tangkap
mendukung penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan masyarakat khususnya
nelayan pemenuhan kebutuhan hewani untuk masyarakat, serta peningkatan ekspor
hasil perikanan (Rahmawan, 2013).
Potensi sumberdaya
perikanan laut di Indonesia terdiri dari empat sumberdaya perikanan, yaitu :
pelagis besar (451.830 ton per tahun) dan pelagis kecil (2.423.000 ton per
tahun), sumberdaya perikanan demersal (3.163.630 ton per tahun), udang (100.720
ton per tahun) dan ikan karang (80.082 ton pertahun). Secara nasional potensi
lestari (maximum sustainable yield)
sumberdaya perikanan laut sebesar 6,7 juta ton pertahun dengan tingkat
pemanfaatan mencapai 48%. Khususnya di selatan jawa potensi lestari (maximum sustainable yield) sumberdaya
ikan 6,1x104 ton per tahun dengan tingkat pemanfaatan (exploitation rate) sebesar 29,3%
(Wijaya, 2012).
Perikanan tangkap
mempunyai peranan yang sangat penting dalam menopang ketahanan pangan di
Indonesia. Semakin meningkatnya konsumsi ikan per kapita, menyebabkan kebutuhan
terhadap ikan juga mengalami peningkatan. Hal tersebut berakibat terhadap produksi
perikanan tangkap yang semakin meningkat. Akan tetapi, tingkat produksi
perikanan tangkap yang berlebihan dan tidak dikelola dengan baik akan berdampak
pada terkurasnya sumberdaya ikan sehingga stok ikan akan mengalami penurunan
dan menjadi tidak lestari (Masu’ud, 2018).
Kapal ikan adalah salah
satu sarana penangkapan, pengoperasian kapal di laut yang hendaknya
memperhatikan kriteria keselamatan dan kelautan, mengingat kapal ikan memiliki
lingkup pelayaran yang luas dengan kondisi lingkungan laut yang tidak tetap.
Pada saat ini sebagian besar nelayan di Indonesia masih menggunakan kapal ikan
tradisional yang belum memiliki perhitungan dan masih dibuat secara
turun-temurun berdasarkan pengalaman membangun kapal perikanan. Kapal
pancing tonda (trolling line) atau
biasa disebut dengan nama penongkol oleh nelayan dibuat khusus untuk menangkap
ikan tuna (Thunnus sp) dan tongkol (Euthynnus affinis) yang umumnya dibuat
oleh nelayan di daerah Sinjai dan Kalimantan tanpa menggunakan desain
perencanaan, konstruksi, perhitungan naval architect serta perencanaan lainnya
yang dibutuhkan. Kapal yang telah selesai dibuat memang dapat digunakan sesuai
fungsinya, tetapi standar akan pemenuhan kelayakan operasi yang dikeluarkan
oleh badan yang berwenang dalam hal ini Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) belum
diketahui (Pangera et al., 2018)
Pancing adalah salah
satu alat tangkap yang umum dikenal oleh masyarakat ramai, terlebih dikalangan
nelayan. Pada prinsipnya pancing ini terdiri dari dua komponen utama yaitu “tali”
(line) dan “mata pancing” (hook). Tali pancing bisa dibuat dari bahan benang katun, nylon,
polyethilen, plastic (senar) dan lain-lain. Sedang mata pancingnya (mata
kalinya) dibuat dari kawat baja, kuningan atau bahan lain yang tahan karet.
Pancing adalah alat penangkap ikan yang terdiri dari tali dan mata pancing.
Umumnya pada mata pancing dipasang umpan, baik umpan buatan maupun buatan alami
yang berguna unutk menarik perhatian ikan dan binatang air lainnya (Sulandari,
2011).
Pancing
tonda merupakan alat penangkapan ikan yang dioperasikan secara aktif dengan
cara ditarik oleh perahu motor atau kapal kecil. Pancing tonda
(pancing tarik) merupakan alat tangkap tradisional yang bertujuan untuk menangkap jenis-jenis ikan pelagis seperti tuna, cakalang, dan tongkol yang biasa hidup dekat permukaan dan mempunyai nilai ekonomis tinggi dengan kualitas daging yang tinggi. Pancing tonda sangat terkenal di kalangan nelayan Indonesia karena harganya relatif murah dan pengoperasiannya sangat mudah untuk menangkap tuna berukuran kecil di dekat permukaan. Salah satu cara atau jalan yang ditempuh untuk memenuhi permintaan ikan tuna, yaitu dengan penangkapan ikan tuna. Penangkapan ikan tuna dapat dilakukan dengan menggunakan pancing tonda (Ma’arif, 2011).
(pancing tarik) merupakan alat tangkap tradisional yang bertujuan untuk menangkap jenis-jenis ikan pelagis seperti tuna, cakalang, dan tongkol yang biasa hidup dekat permukaan dan mempunyai nilai ekonomis tinggi dengan kualitas daging yang tinggi. Pancing tonda sangat terkenal di kalangan nelayan Indonesia karena harganya relatif murah dan pengoperasiannya sangat mudah untuk menangkap tuna berukuran kecil di dekat permukaan. Salah satu cara atau jalan yang ditempuh untuk memenuhi permintaan ikan tuna, yaitu dengan penangkapan ikan tuna. Penangkapan ikan tuna dapat dilakukan dengan menggunakan pancing tonda (Ma’arif, 2011).
Manfaat
Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut.
- Untuk mengetahui pengertian alat tangkap pancing tonda (Trolling line).
- Untuk mengetahui kontruksi alat tangkap pancing tonda (Trolling line).
- Untuk mengetahui hasil tangkapan pancing tonda (Trolling line).
- Untuk mengetahui alat bantu penangkapan pancing tonda (Trolling line).
Tujuan Penulisan
Tujuan
dari penulisan ini adalah sebagai informasi kepada pembaca tentang “Alat
Tangkap Pancing Tonda” meliputi kontruksi alat tangkap, kontruksi kapal,
pengoperasian, hasil tangkapan dan alat bantu penangkapan.
TINJAUAN
PUSTAKA
Pancing
Tonda
Pancing
tonda adalah pancing yang diberi tali panjang dan ditarik oleh perahu atau
kapal yang dimana pancing di beri umpan segar atau palsu yang karena pengaruh
tarikan, bergerak didalam air sehingga merangsang ikan buas memangsanya. Pancing
tondalah yang menjadi alat tangkap standar untuk menangkap ikan cakalang.
Pancing tonda terdiri dari beberapa bagian yaitu pelampung, tali utama,
pemberat dan mata pancing. Pelampung yang digunakan pada nelayan pancing tonda
di wilayah Palabuhan Ratu berupa drum atau dirigen. Ukuran drum yang banyak
digunakan oleh nelayan tersebut yaitu 35 x 10 x 25 cm. Adapun penggunaan
pelampung ini hanya sebatas sebagai alat penggulung apabila pancing tonda tidak
dioperasikan. Tali utama yang digunakan oleh nelayan pancing tonda biasanya
terbuat dari nylon. Panjang tali utama yang biasa digunakan oleh nelayan
pancing tonda di wilayah Palabuhan Ratu yaitu 70-150 meter, bergantung dari
dalamnya perairan daerah penangkapan ikan, dan diameter tali utama tersebut
yaitu 2 mm. Adapun dalam sekali setting,
nelayan pancing tonda dapat mengoperasikan 1-8 pancing tonda. Pemberat
yang digunakan untuk alat tangkap pancing tonda terbuat dari timah atau semen.
Jumlah pemberat yang digunakan untuk satu unit pancing tonda yaitu satu dengan
berat 40 ons -1 kg. Mata pancing yang digunakan untuk pancing tonda terbuat
dari stainless atau besi baja. Nomor mata pancing yang digunakan oleh nelayan
pancing tonda di Palabuhan Ratu beragam, yaitu antara nomor 1–7. Penentuan
nomor mata pancing tersebut didasarkan pada jenis ikan yang akan ditangkap.
Misalnya saja untuk menangkap ikan jenis tuna biasanya menggunakan mata pancing
nomor 6
(Budiasih et al.,2015).
(Budiasih et al.,2015).

Gambar
1.
Alat Tangkap Pancing Tonda
Kegiatan operasional
penangkapan ikan (UPI) pancing tonda terdiri atas aktivitas di fishing base
(pelabuhan perikanan) seperti persiapan pembekalan melaut (BBM, es, air bersih
dan lain-lain), persiapan kapal, alat tangkap dan nelayan. Fishing base UPI
pancing tonda terbanyak di Kabupaten Aceh Barat berada di Pangkalan Pendaratan
Ikan (PPI) Ujong Baroh. Selanjutnya, setelah aktivitas di pelabuhan perikanan
adalah menuju fishing ground (daerah penangkapan ikan) dan terakhir adalah
kembali ke pelabuhan perikanan (pembongkaran hasil tangkapan, penambatan kapal
di pelabuhan perikanan dan perawatan kapal serta perawatan alat tangkap. Pancing
tonda adalah pancing yang diberi tali panjang dan ditarik oleh perahu atau
kapal. Pancing tonda digunakan dalam penangkapan ikan pada kapal sekoci,
sedangkan alat tangkap yang lain seperti alat tangkap pancing coping, rentak
dan tuna hanya digunakan sebagi alat tangkap penunjang yang digunakan dalam
waktu tertentu. Sehingga pembahasan disini lebih ditujukan pada pancing tonda
saja (Hafinuddin et al., 2017).
Pancing tonda umumnya
dioperasikan dengan perahu kecil, jumlah nelayan yang mengoperasikannya
sebanyak 4-6 orang yang terdiri 1 orang nakhoda merangkap fishing master, 1
orang juru mesin dan 2-4 orang ABK yang masingmasing mengoperasikan satu atau
lebih pancing pada saat operasi penangkapan berlangsung. Kecepatan perahu pada
saat menonda mempengaruhi keberhasilan penangkapan sesuai dengan tujuan ikan
sasaran. Perahu/kapal untuk menangkap ikan pelagis jenis ikan umpan, kecepatan
menonda harus lambat (1-3 knot). Waktu penangkapan ikan cakalang dan tuna muda
di pagi hari dengan kecepatan perahu sekitar 4-5 knot, dan pada siang hari
kecepatan menonda sekitar 7-8 knot (Ma’arif, 2011).
Pengoperasian Alat Tangkap Pancing
Tonda
Pengoperasian pancing
tonda dapat dilakukan pagi, siang dan sore hari. Beberapa menit setelah perahu
meninggalkan fishing base pemberat pancing tonda diturunkan perlahan bersamaan
dengan mata pancing hingga semua mata pancing berada dalam air sementara perahu
tetap melaju. Setelah semua mata pancing telah berada di perairan, kecepatan perahu mulai di tingkatkan ke gerombolan
ikan hingga terasa
ikan terkait pada
setiap mata pancing. Proses
hauling dilakukan dengan menarik
pancing ke atas
perahu sambil melepaskan ikan
hasil tangkapan dari
kaitan mata pancing.
Setelah proses hauling selesai,
pancing diturunkan kembali tanpa
menghentikan laju perahu. Pengoperasian
pancing tonda di kecamatan Bontomanai berjarak sekitar 34 km
dari pantai pada
dengan kedalaman perairan sekitar
18 m. Hasil tangkapan pancing tonda adalah jenis ikan selar (Hafinuddin et al., 2017).
Pencarian pencarian
daerah penangkapan (fishing ground)
dilakukan dengan melihat tanda - tanda keberadaan ikan, tanda - tanda yang
dimaksud adalah : 1. Riak-riak air 2. Sekumpulan burung di permukaan air 3.
Adanya kawanan lumba-lumba Perahu diberangkatkan biasanya pada pukul 06.00.
perjalanan ke fishing ground membutuhkan waktu ± 1-2 jam. Setting dimulai saat
menemukan adanya tanda-tanda keberadaan ikan, setelah terlihat adanya
tanda-tanda keberadaan ikan, maka kecepatan perahu diturunkan, lalu menurunkan
pancing secara perlahan. Panjang tali pancing diukur mengunakan ukuran
rentangan tangan sebanyak 50 depa
atau ± 75 m. Pancing dioprasikan dengan cara menggerak-gerakan tali pancing dan
menarik - nariknya sambil mengejar kearah adanya indikator segerombolan ikan.
Setelah selesai menurunkan pancing, juru mudi menambah kecepatan dan
mengarahkan perahu agar berada di depan atau di samping kawanan ikan, nelayan
mengetahui pancingnya dimakan ikan dengan cara merasakan tegangan tali pancing.
Setelah pancing tersangkut pada mulut ikan, juru mudi mematikan mesin dan tali
pancing ditarik secepat mungkin agar ikan tidak terlepas dan pemancing lainya
juga turut menggulung tali pancingnya. Nelayan kembali ke darat antara pukul
17.00 hingga 18.00 (Madang et al.,
2015).
Umpan yang biasanya
dipakai pada alat tangkap tonda, rawai maupun tuna long line terdiri dari
berbagai jenis ikan (seperti lemuru, tembang, ikan bandeng dan potongan ikan
tuna, cakalang dan tongkol) yang berukuran 15-20 cm atau ikan besar yang telah
dipotong-potong disesuaikan dengan besar mata pancing yang digunakan. Namun
penggunaan umpan ikan alami menemui beberapa kendala serius. Kendala-kendala
tersebut adalah : (1) Aktifitas operasi berkurang atau batal dilakukan karena
tidak tersedianya ikan-ikan jenis umpan. (2) Nelayan payang atau purse seine
yang dapat menangkap jenis-jenis ikan umpan tidak menghendaki hasil
tangkapannya dijual ke nelayan rawai, kemungkinan disebabkan oleh persaingan. (3)
Kesulitan mendapatkan ukuran ikan umpan yang ideal, sehingga nelayan
menggunakan potongan ikan tongkol atau cakalang sebagai umpan. (4) Seandainya
ada ukuran ikan umpan yang dikehendaki, masalah lain yang timbul adalah tingkat
kesegaran ikan, mengingat bahwa mata pancing dikaitkan pada leher ikan umpan
maka kualitas ikan umpan yang kurang baik berakibat lepasnya ikan umpan sebelum
mendapatkan hasil tangkapan
(Abida et al., 2009).
(Abida et al., 2009).
Kendala
yang terjadi dalam operasi penangkapan adalah biasanya alat tangkap pancing
tonda tersangkut pada rumpon, tersangkut dengan alat tangkap milik perahu lain,
pancing terkait dengan pancing lain yang ada di sekitarnya, dan pancing dimakan
oleh ikan yang kekuatannya lebih besar dari kekuatan tali pada alat tangkap
pancing tonda sehingga tali pancing menjadi putus. Untuk mengatasi masalah ini
biasanya tali diputus dan kemudian pancing diganti kembali. Untuk kendala yang
diakibatkan oleh alat tangkap pancing tersangkut atau tergabung dengan pancing
lainnya, maka mengatasinya adalah dengan melakukan penarikan kembali alat
tangkap ke atas kapal kemudian dilakukan pembenahan dengan melepas pancing yang
tersangkut antar tali pancing, apabila tidak dapat dibenahi biasanya dilakukan
penggantian dengan alat tangkap pancing tonda yang lain (alat tangkap cadangan)
(Putra dan Manan, 2014).
Kontruksi Alat Tangkap Pancing
Tonda



Gambar 2. Kontruksi
Alat Tangkap Pancing Tonda
Secara
garis besar konstruksi pancing tonda yang dimiliki oleh nelayan terdiri dari
tali pancing yang terdiri dari dua jenis yaitu tali utama (main line) dan tali cabang (branch
line), kili-kili (swivel), mata
pancing (hook), dan roll penggulung
tali. Gambaran umum dari bentuk pancing tonda adalah sebagai berikut : tali
utama yang diikatkan pada ujung kili-kili. Kemudian ujung kili-kili yang belum
terikat, diikatkan ke tali cabang. Selanjutnya, tali cabang diikatkan pada mata
pancing. Di tengah-tengah tali cabang diberi pemberat. Umpan yang digunakan
adalah dari jenis umpan buatan (imitation
bait). Umpan dipasang di bagian atas mata pancing yaitu dengan mengikatkan
umpan pada lubang mata pancing yang merupakan tempat mengaitkan tali cabang,
biasanya disesuaikan dengan target ikan. Pemasangan umpan di bagian atas mata
pancing berfungsi untuk menutupi mata pancing agar tidak terlihat ikan sehingga
dapat mengelabuhi pandangan ikan. Dalam satu kapal terdapat enam unit pancing
tonda dalam setiap beroperasi. Dua pancing berada disamping kapal dan empat
buah pancing terdapat pada belakang (buritan)
kapal. Hal ini dimaksudkan untuk memaksimalkan hasil tangkapan (Putra dan
Manan, 2014).

Gambar
3. Ukuran
Mata Pancing Tonda
Pada alat tangkap
tonda, hook merupakan bagian yang sangat penting dalam proses penangkapan. hook
yang digunakan nelayan adalah buatan sendiri yang berbahan dasar kawat baja.
Nelayan membuat hook sendiri karena dinilai lebih tahan lama terhadap karat
dibandingkan dengan hook buatan pabrik. Pada hook buatan pabrik umumnya setelah
5 kali operasi penangkapan pancing akan mulai berkarat sehingga harus diganti dengan
yang baru sedangkan pancing buatan nelayan dapat bertahan selama satu tahun.
Untuk menekan biaya produksi terutama hook, nelayan menggunakan hook buatan
sendiri yang bisa bertahan hingga satu tahun. Selain hook, nelayan juga membuat
roller sendiri dengan bahan dasar kayu. Kayu juga lebih tahan lama dibandingkan
roller buatan pabrik yang berbahan dasar plastik (Wijaksono et al., 2014).
Armada penangkapan
pancing tonda di PPI Ujong Baroeh pada umumnya berupa kapal motor. Ukuran GT
(gross ton) kapal pancing tonda bervariasi, dengan kisaran 5 - 12 GT.
Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan pancing tonda, jumlah palkah pada
kapal pancing tonda adalah 3 buah, 2 buah diantaranya terdapat pada bagian
depan kapal dan 1 buah terdapat pada bagian belakang. Kapasitas palkah dapat
menampung hasil tangkapan sebesar 5 ton. Kasko kapal pada kapal pancing tonda
yang terdapat di Kabupaten Aceh Barat adalah round flat bottom yaitu tipe kasko kapal dengan bentuk bulat yang
rata bagian bawahnya
(Hafinuddin et al., 2017).
(Hafinuddin et al., 2017).
Konstruksi kapal tonda
terbuat dari kayu. Ruang kemudi terletak di bagian buritan, ruang mesin berada
di bagian tengah, di bagian atas ruang kemudi terdapat ruang ABK (Anak Buah
Kapal), palka ikan terletak di bagian haluan. Kapal pancing tonda berukuran
sekitar 3-10 GT, terbuat dari kayu jati (Tektona
grandis) dan kayu ulin (Eusiderrixylon
spp.). Dimensi kapal adalah panjang (LOA) 10,75-12 meter (m), lebar (B)
2,85-3,50 meter (m), tinggi (D) 1-1,5 meter (m). Kapal tonda menggunakan mesin
dalam (inboard engine), berkekuatan sekitar 20-40 PK. Berbagai merek mesin
biasa digunakan seperti mesin Kubota atau mesin Yanmar (Ma’arif, 2011).

Gambar 4 . Kapal
Pancing Tonda
Umpan
Umpan merupakan salah
satu faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan dalam usaha
penangkapan baik masalah jenis umpan, sifat umpan, maupun cara pemasangannya. Jarak
antara tali pancing sangat berdekatan yaitu hanya berjarak 50 cm pertali
pancing, dan panjang tali pancing yang beragam secara terus menerus dapat
mempengaruhi penglihatan ikan dalam air. Selain warna umpan yang menyebabkan
ikan terpikat ada kemungkinan pengaruh juga dari kilauan dari umpan serta gerak
umpan dalam air (Kurniawan, 2017).
Umumnya ikan mendeteksi
mangsa melalui reseptor yang dimilikinya, dan hal ini bergantung pada jenis
reseptor tertentu yang mendominasi pada jenis ikan tersebut. Pemilihan umpan
disesuaikan dengan kesukaan makan ikan sasaran, dengan mempertimbangkan
kemampuan ikan mendeteksi makanan. Umumnya pancing tonda
menggunakan umpan tiruan (imitation bait),
ada pula yang menggunakan umpan benar (true
bait). Umpan tiruan tersebut bisa dari bulu ayam (chicken feaders), bulu domba (sheep
wools), kain-kain berwarna menarik, bahan dari plastik berbentuk miniatur
menyerupai aslinya (misalnya: cumi-cumi, ikan, dan lain-lainnya). Umpan
merupakan satu-satunya perangsang bagi ikan untuk mendekati mata pancing dalam
pengoperasian pancing tonda. Ukuran umpan tergantung ukuran mata pancing,
pancing ukuran 10 menggunakan ukuran umpan 2,5 cm; pancing ukuran 9 menggunakan
umpan 6,5 cm; pancing ukuran 5-7 menggunakan umpan ukuran 10,5 cm (Ma’arif,
2011).
Alat tangkap ikan
tradisional yang memakai umpan tiruan untuk mengelabui penglihatan ikan dan
umumnya untuk menangkap jenis-jenis ikan pelagis merupakan Pancing Tonda. Agar
suatu benda dalam air dapat terlihat tergantung dari kemampuan retina mata
untuk menyerap warna yang dipantulkan oleh benda. Jumlah hasil tangkapan dengan
umpan warna biru relatif lebih banyak yakni dua sampai 3 kali lebih banyak dari
umpan warna merah muda. Pengaruh cahaya terhadap hasil tangkapan tergantung
pada daya tembus warna tersebut ke dalam perairan. Cahaya warna biru dapat
mengumpulkan ikan pada jarak yang jauh baik secara vertikal maupun secara
horizontal karena panjang gelombang yang lebih pendek dari cahaya hijau, kuning
dan merah (Imbir et al., 2015).
Umpan yang terpasang
pada pancing tonda memiliki posisi di atas simpul mata pancing. Pemasangan ini
dilakukan dengan menggunakan bantuan pipa cotton bud yang sudah digabungkan
dengan benang emas / perak atau tali pita yang terumbai sedemikian rupa. Pipa
cotton bud dimasuki senar yang digunakan untuk mengait mata pancing. Untuk
memasukkan senar, terlebih dahulu senar tidak dikaitkan dengan mata pancing.
Apabila senar masuk ke dalam pipa cotton bud, maka mata pancing baru dikaitkan
pada senar. Umpan yang sering digunakan oleh nelayan pancing
tonda di daerah Prigi biasanya terbuat dari rumbaian benang yang berwarna emas
atau perak dan tali pita berwarna merah dan biru, tali rafia, kain setera, bulu
ayam serta plastik warna perak. Proses pembuatan masing-masing umpan buatan
dari benang emas/perak dengan panjang 5-7 cm, untuk benang pita dengan panjang
4-6 cm, dimana kesemua bahan tersebut dibuat merumbai. Selanjutnya masing-masing
bahan dipasangkan pada mata pancing dan diikat menggunakan benang sampai
menutupi bagian atas mata pancing. Kemudian pada ikatan tadi dipasang selang
kecil yang berfungsi sebagai pelindung ikatan benang (Putra dan Manan, 2014).

Gambar
5.
Umpan Palsu
Alat Bantu Penangkapan Pancing
Tonda
Rumpon biasa juga
disebut dengan Fish Agregation Device
(FAD), yaitu suatu alat bantu penangkapan yang berfungsi untuk memikat ikan
agar berkumpul dalam suatu catchable area.
Bahan dan komponen dari rumpon bermacam-macam, tetapi secara ringkas setiap
rumpon terdiri dari beberapa komponen. Di Indonesia, umumnya rumpon masih
menggunakan bahan-bahan alami, sehingga daya tahannya juga sangat terbatas.
Nelayan umumnya menggunakan pelampung dari bambu, sedangkan tali temalinya
masih menggunakan bahan alamiah, biasanya dari rotan dan pemberatnya
menggunakan batu sedangkan atraktornya daun kelapa. Rumpon jenis ini biasanya
dipasang di perairan dangkal dengan tujuan untuk mengumpulkan ikan-ikan pelagis
kecil. Rumpon
laut dalam menggunakan tali-temali dari sintetic
fibres (tali nylon), dengan tujuan utama mengumpulkan ikan layang, tuna,
dan cakalang (Ma’arif, 2011)
Ada 2 faktor yang
menjadi penyebab berkumpulnya kawanan ikan di sekitar rumpon. Pertama, ikan
berkumpul karena tertarik oleh benda-benda terapung atau bersifat thigmotaxis. Kedua, ikan berkumpul untuk
keperluan mencari makan. Kedua faktor tersebut secara bersama-sama menyebabkan
terjadinya akumulasi individu ikan menjadi kawanan ikan yang didukung oleh
sebuah jaringan makanan yang tersedia terutama pada bagian atraktor. Peluang
keberhasilan operasi penangkapan ikan dengan menggunakan rumpon menjadi semakin
meningkat. Operasi penangkapan ikan tidak lagi berupa perburuan, tetapi lebih
bersifat memanen. Penangkapan ikan menjadi lebih mudah dilakukan, karena ikan
berada dalam kepadatan yang tinggi di sekitar rumpon. Jumlah biomas akan
meningkat dengan adanya rumpon dan ikan cenderung berkumpul di sekitar rumpon. Menurutnya,
peningkatan biomas ini bersifat sementara dan tidak menambah jumlah biomas
secara keseluruhan, melainkan hanya merubah distribusi biomas (Nurani et al., 2014).
Rumpon banyak digunakan
di Perairan Selatan Jawa pada beberapa tahun terakhir. Rumpon mulai digunakan
awal tahun 2000, sebagai alat bantu pada perikanan pancing tonda untuk
menangkap ikan tuna. Rumpon berfungsi sebagai tempat berkumpulnya ikan,
sehingga kegiatan operasi penangkapan ikan dapat dilakukan dengan lebih efektif
dan efisien. Introduksi pancing tonda berhasil meningkatkan produksi dan
pendapatan nelayan, khususnya di PPP Pondokdadap, PPI Puger dan PPN Prigi
(Nurani et al., 2012).

Gambar
6.
Alat Bantu Penangkapan dengan Rumpon
Pemasangan rumpon
memang dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas operasi penangkapan ikan.
Namun keberadaan rumpon harus dikelola dengan baik melalui penegakan perizinan.
Pemerintah sudah menerbitkan peraturan tentang penggunaan rumpon ini, yaitu
Keputusan Menteri Pertanian nomor 51/Kpts/IK. 250/1/97 tentang Pemasangan dan
Pemanfaatan Rumpon. Aturan tersebut selanjutnya diperbaharui melalui Permen KP
No. 2 tahun 2011, tentang Perizinan Pemasangan Rumpon. Berdasarkan peraturan
ini, maka rumpon yang dipasang dalam
radius sampai 4 mil harus disertai izin dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP)
Kabupaten, rumpon dengan radius 4-12 mil harus disertai ijin dari DKP Provinsi,
sedangkan rumpon dengan radius lebih dari 12 mil harus disertai ijin dari
Kementerian Kelautan dan Perikanan. Faktanya masih banyak rumpon yang dipasang
secara illegal. Sudah saatnya keberadaan peraturan ini untuk dapat dilaksanakan
dan ditegakkan dengan benar. Pendaftaran atau registrasi rumpon harus dilakukan
oleh pemilik atau penggunanya
(Nurani et al., 2014)
(Nurani et al., 2014)
Teknik penangkapan
pacing tonda tidak hanya melakukan trolling disekitar rumpon, akan tetapi
pengoperasian dilakukan berdasarkan kebutuhan ikan yang ditangkap. Teknik
penangkapan tonda tersebut ada tiga cara yaitu, 1) teknik penangkapan tonda
dengan menggunkan alat bantu layang-layang; 2) teknik penangkapan tonda dengan
alat bantu jerigen dalam bentuk rawai tunggal; 3) teknik penangkapan tonda
dengan melakukan penarikan (trolling)
dari kapal. Ketiga teknik penangkapan tersebut disesuaikan dengan target ikan
yang di tangkap. Teknik penangkapan pancing tonda dengan alat bantu
layang-layang adalah pancing yang diebrikan umpan palsu kemudian diikatkan
dengan layang-layang. Gerakan umpan pancing akan mengundang ikan pemangsa yang
lebih besar memangsanya sedangkan penangkapan dengan alat bantu jerigen pada
prinsipnya hampir sama penangkapan dengan penangkapan pancing rawai. Perbedaan
dengan alat tangkap ini adalah pelampung yang digunakan adalah jerigen dengan
tali cabang yang terdiri dari satu mata pancing. Teknik pengoperasian dengan
cara mengikatkan tali pada jerigen yang sudah diberikan umpan ikan hasil trolling ataupun ikan hasil
layang-layang
(Wijaya, 2012).
(Wijaya, 2012).

Gambar
7.
Teknik Pengoperasian dengan Alat Bantu Layang-Layang

Gambar 8. Teknik
Pengoperasian dengan Alat Bantu Jerigen
Hasil tangkapan
Jenis ikan yang menjadi
target penangkapan pancing tonda adalah
jenis ikan cakalang (Katsuwonus pelamis)
dan jenis-jenis tuna yang masih muda/yuwanatuna (Thunnus sp). Jenis-jenis ikan lainnya yang tertangkap adalah
jenis-jenis tongkol terutama tongkol komo (Euthynnus
affinis), lemadang (Coryphaena
hippurus), ikansunglir/suru/salem (Elagatis
bipinnulatus) dan tenggiri batang (Scomberomorus
commerson). Jenis-jenis cakalang dan tuna yang tertangkap rata-rata
berukuran d” 5 kg/ekor. Jenis-jenis ikan lainnya yang tertangkap adalah jenis-jenis
tongkol terutama tongkol komo, lemadang, ikan sunglir/suru/salem dan tenggiri
batang. Jenis-jenis cakalang dan tuna yang tertangkap rata-rata berukuran d”2kg/ekor
(Rahmat dan Ilhamdi, 2015).
Hasil tangkapan utama
untuk tonda perairan permukaan yaitu tongkol, cakalang, tenggiri, madidihang, setuhuk,
alu-alu, sunglir, beberapa jenis kwe. Hasil tangkapan lapisan dalam terutama
berupa cumi-cumi, sedangkan untuk lapisan dasar terutama manyung, pari, cucut,
gulamah, senangin, kerapu, dan lain-lain. Jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan
penangkapan antara lain jenis ikan bonito (Scomberomerous
sp.), tuna, salmon, cakalang, tenggiri, dan lainnya melalui bagian belakang
maupun samping kapal yang bergerak tidak terlalu cepat, dilakukan penarikan
sejumlah tali pancing dengan mata-mata pancing yang umumnya tersembunyi dalam
umpan buatan. Ikan-ikan akan memburu dan menangkap umpan-umpan buatan tersebut,
hal ini tentu saja memungkinkan mereka untuk tertangkap (Ma’arif, 2011).
Cara penanganan hasil
tangkapan yang dilakukan adalah dengan cara penyusunan ke dalam palkah yang
sebelumnya sudah berisi es balok. Peranan es untuk menjaga kesegaran ikan dan
merupakan langkah penanganan ikan di atas kapal. Selain menggunakan es,
pengawetan ikan juga dapat diproses dengan melakukan penggaraman. Untuk lebih
menghemat biaya nelayan pancing tonda tidak menggunakan garam tapi air laut
yang langsung dicampurkan dengan es balok. Pendaratan hasil tangkapan UPI pancing
tonda terdiri atas beberapa aktivitas yaitu tambat labuh kapal, dimana kapal
merapat ke dermaga ketika sampai di pelabuhan. Selanjutnya adalah pembongkaran
hasil tangkapan, yaitu hasil tangkapan di
keluarkan dari dalam palkah. Setelah itu, dilakukan penyortiran untuk
memisahkan ikan yang berdasarkan jenis (spesies) dan ukuran. Kegiatan setelah
pembongkaran adalah pengangkutan. Pengangkutan hasil tangkapan dari kapal
menuju dermaga pelabuhan perikanan adalah dengan dipikul oleh buruh nelayan.
Kemudian pegangkutan dari dermaga menuju gedung TPI (tempat pelelangan ikan)
mengunakan becak. Untuk kegiatan penimbangan dilakukan oleh Toke Bangku. Hasil
tangkapan yang didaratkan oleh kapal pancing tonda mencapai 2–5 ton per trip
(Hafiluddin et al., 2017).

Gambar
9.
Penyortiran Ikan di Atas Kapal
Ikan yang tertangkap
dengan pancing tonda tidak mengalami gesekan dengan ikan lain atau dengan alat
tangkap maupun dengan kapal penangkapan sehingga kualitas hasil tangkapan
menjadi bagus dan tetap terjaga dalam kondisi utuh. Jumlah hasil tangkapan
dengan alat pancing tonda selama pelaksanaan monitoring atau dalam 4 trip
sebesar 4.556 kg. Bongkar muatan dilakukan oleh para ABK yang dibantu oleh kuli
angkut keranjang yang menunggu di pelabuhan. ABK membuka palkah dan
mengeluarkan ikan hasil tangkapan untuk dimasukkan ke dalam keranjang dengan
melakukan sortir berdasarkan jenis dan ukuran ikan (Putra dan Manan, 2014).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari
makalaah ini adalah sebagai berikut.
- Pancing tonda adalah pancing yang diberi tali panjang dan ditarik oleh perahu atau kapal yang dimana pancing di beri umpan segar atau palsu yang karena pengaruh tarikan, bergerak didalam air sehingga merangsang ikan buas memangsanya.
- Secara garis besar konstruksi pancing tonda yang dimiliki oleh nelayan adalah terdiri dari tali pancing yang terdiri dari dua jenis yaitu tali utama (main line) dan tali cabang (branch line), kili-kili (swivel), mata pancing (hook), roll penggulung tali.
- Hasil tangkapan ikan pancing tonda adalah jenis ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) dan jenis-jenis tuna yang masih muda/yuwanatuna(Thunnus sp). Jenis-jenis ikan lainnya yang tertangkap adalah jenis-jenis tongkol terutama tongkol komo (Euthynnus affinis), lemadang (Coryphaena hippurus), ikansunglir/suru/ salem (Elagatis bipinnulatus) dan tenggiri batang (Scomberomoruscommerson).
- Alat bantu penangkapan pada alat tangkap pancing tonda adalah berupa Rumpon atau Fish Agregation Device (FAD), yaitu suatu alat bantu penangkapan yang berfungsi untuk memikat ikan agar berkumpul dalam suatu catchable area. Pancing tonda juga menggunakan alat bantu layang-layang dan jerigen dalam bentuk rawai tunggal.
Saran
Meskipun
pancing tonda dan kapal tonda lebiih terpakai di kawasan Maluku maupun kawasan
Pelabuhan Ratu, ada baiknya jika lebih disebar lagi atau diperbanyak lagi
jenis-jenis pancing tonda diseluruh wilayah Indonesia.
DAFTAR
PUSTAKA
Budiasih,
D., Dian A.N dan Nurmala, D. 2015. CPUE dan Tingkat Pemanfaatan Perikanan
Cakalang (Katsuwonus pelamis) di
Sekitar Teluk Palabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Agriekonomika. 4(1): 37-49. ISSN:
2301-9948
Hafinuddin.,
Salmah., S. Zuraidah dan N. Ukhty. 2017. Strategi Peningkatan Operasional
Pancing Tonda di Kabupaten Aceh Barat. Jurnal
Perikanan Tropis. 4(1): 71-82. ISSN: 2355-5564.
Imbir,
F. F., W, Patty dan J. Wenno. 2015. Pengaruh Warna Umpan pada Hasil Tangkapan
Pancing Tonda di Perairan Teluk Manado Sulawesi Utara. Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap. 2(1): 9-13. ISSN:
2337-4306.
Kurniawan,
M. 2017. Pengaruh Umpan Terhadap Hasil Tangkapan Alat Tangkap Pancing Tonda di Kecamatan
Tanjung Mutiara Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat. [Skripsi]. Universitas
Riau.
Ma’arif,
R. 2011. Evaluasi Kegiatan Perikanan Pancing Tonda di Pacitan Terhadap Kelestarian
Sumberdaya Ikan Tuna. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor.
Madang,
N., A. Salam dan A. S. R. Baruadi. 2015. Pengaruh Perbedaan Ukuran Mata Pancing
Terhadap Hasil Tangkapan Pancing Tonda di Desa Pasokan Kecamatan Walea Besar
Kabupaten Tojo Una-Una Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal Ilmu Perikanan dan Kelautan. 2(1): 1-22.
Mas’ud,
R. M. 2018. Kajian Ekonomi Usaha Alat Tangkap Pancing di Kecamatan Mallusetasi Kabupaten Barru.
[Skripsi]. Universitas Hasanuddin.
Nurani,
T. W., I. Prihatin., Wahyuningrum., Mustaruddin., R. Maarif dan B. Wiratama.
2012. Performa Hasil Tangkapan Tuna
Dengan Pancing Tonda di Sekitar Rumpon. Marine Fisheries. 3(1): 1-6.
ISSN: 2087-4235.
ISSN: 2087-4235.
Nurani,
T. W., S. H. Wisudo., P. I. Wahyuningrum., R. E. Arhatin. 2014. Model
Pengembangan Rumpon Sebagai Alat Bantu dalam Pemanfaatan Sumber Daya Ikan Tuna
Secara Berkelanjutan. Jurnal Ilmu
Pertanian Indonesia. 19(1): 57-65. ISSN 0853 – 4217.
Pangera,
A. A., S. A. Farhum dan A. Nelw. 2018. Gerakan
Heaving Kapal Pancing Tonda pada Gelombang Following Seas di Kabupaten Sinjai. Prosiding Simposium Nasional Kelautan dan
Perikanan V. 5(2): 73-80. ISBN: 978-602-71759-5-2.
Parmen.,
E. Kamal dan Yuspardianto. Studi Spesifikasi Alat Tangkap Gill Net Dasar di
Kecamatan Sipora Utara Kabupaten Kepulauan Mentawai. Prosiding Simposium Nasional Kelautan dan Perikanan.2(1): 1-13.
Putra,
F. N. D dan A. Manan. Monitoring Hasil Perikanan Dengan Alat Tangkap Pancing
Tonda di Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi, Kabupaten Trenggalek, Propinsi
Jawa Timur. Jurnal Ilmiah Perikanan Dan
Kelautan. 6(1): 15-19.
Rahmat,
E dan H. Ilhamdi. 2015. Pengoperasian Alat Tangkap Pancing Tonda di Laut Banda
yang Berbasis di Kendari. Jurnal Ilmiah
Perikanan Dan Kelautan. 3(2): 58-61.
Rahmawan,
A. 2013. Kajian Penangkapan Ikan Menggunakan Jaring Lingkar
(Mini Purse Seine) dan Strategi Pengembangannya di Kota Jayapura. [Tesis]. Universitas Terbuka.
(Mini Purse Seine) dan Strategi Pengembangannya di Kota Jayapura. [Tesis]. Universitas Terbuka.
Sulandari,
A. 2011. Strategi Peningkatan Produksi Pada Nelayan Pancing Tonda di Perairan
Teluk Prigi (Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi). [Tesis]. Universitas
Indonesia.
Wahyuni.
I., A. F. F. Muhsoni dan A. D. Siswanto. 2009. Limbah Ikan Sebagai Alternatif
Umpan Buatan Untuk Alat Tangkap Pancing Tonda. Jurnal Kelautan. 2(1): 15-19. ISSN: 1907-9931.
Wijaya,
H. 2012. Hasil Tangkapan Madidihang (Thunnus
albacares, Bonnaterre 1788) Dengan Alat Tangkap Pancing Tonda dan
Pengelolaannya di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhan Ratu Sukabumi.
[Tesis]. Universitas Indonesia.
LAMPIRAN
Umpan Pancing Tonda


ikan
layang (Decapterus russelli) Cumi - cumi (Loligo sp)


Saury (Cololabris
saira) Lemuru (Sardinella lemuru)


Tongkol (Auxis
thazard) Bandeng (Chanos chanos)

Kembung perempuan (Rastrelliger brachyosoma)
Hasil
Tangkan Pancing Tonda


Tuna Albakora (Thunnus alalunga) Tuna mata besar (Thunnus obesus)


Ikan tuna sirip kuning (Thunus albacores) Cakalang
(Katsuwonus pelamis)


Lemadang (Coryphaena hippurus) Setuhuk (Makaira
indica)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar